TITIAN HIDUP
(Muhammad Rasul Akhir Zaman)
i
Terbentang tanah suci Mekah
menganjur dari anjung sejarah
ke dataran barakah.
Hari ini tirai purbamu kubuka kembali
menjejak wajah cinta akhir zaman
membenih dan tumbuh dalam
Gegak gempita tentera Abrahah.
Tanggal 12 Rabiul ’Awal Isnin itu
Cahaya iman membenih dalam hening pagi
Lembayung Rahmat terkembang
Memadamkan api sembahan Majusi
Bunga-bunga manis mekar di muka Abdul Muttalib
Aminah tidak pernah gundah
Kandungannya adalah bahtera wahyu
Tempat mengalir ketundukan
Dan kebenaran dalam kepercayaan.
Abdullah, inilah kesetiaanku
Inilah madu cinta yang ranum mesra
Inilah alir sungai dari muara azali
Mengakar pohon hayat umat puteramu
Tumbuh dari kebesaran Tuhan
dari Tuhan jualah kupersembahkan zuriatmu ini
yang kukandung selama ketiadaanmu.
Bagai hujan membasahi bumi tandus
Bagai embun mengiring dingin pagi
Bagai cahaya mentari tumpah di dada siang
Demikianlah engkau Muhammad Insan pilihan
Dizahirkan dalam waktu manusia nanar dalam kejahilan.
ii
Dusun Bani Saat dalam bumi Taif
Muhammad membesar bersama angin dan gurun pasir
Disusukan orang kebanyakan
Empat tahun dalam manis pekerti Ummi Halimah
Berligar dalam keramahan desa
membesar dalam keelokan asuhan
Di sinilah Muhammad dibersihkan.
Ujian Tuhan silih berganti
Tika dalam perjalan pulang dari makam Abdullah
Tanah Abwa’ yang panas dipupuk angin kering
Menyambut Aminah yang menahan sakit
Takdir menemukan Aminah dengan janji Ilahi
Tinggallah Muhammad dalam sedu tangis
Dipupuk dijaga dibelai penuh kasih
Abdul Muttalib manusia berbakti
Namun, dia tidak lama di sini
Abdul Muttalib kembali menjejak janji azali.
Bersama Ali, Muhammad dipelihara Abu Talib
Diasuh jiwa dengan gembalaan kambing
Meniti hidup dalam rentak khafilah
Membawa amanah ke lembah dan serata jazirah
Muhammad, manusia jujur yang luhur
Mulia pekerti dan tak berkira dalam berbakti
Akhlaknya menambat hati wanita bestari.
iii
Mekah warisan sejarah purba yang hidup
Pada waktunya semak dengan pelbagai `tuhan`
Kusut dalam percakaran mencari kebenaran
Suatu hari yang penuh perselisihan
Pemuka Qurais bercakaran merebut Hajar Aswad
Tiada keputusan, lalu diputuskan
Manusia terawal menjejak kaki ke masjid dia menghakimi
Muhammad yang pertama lalu memberi pengadilan
Kebijaksanaan tergambar di penjuru serban
Percakaran diselesaikan.
Dalam ranum usia di ujung remaja
Muhammad menggalas amanah dagangan Khadijah
Dia peniaga paling amanah
Setia berbakti dalam manis budi
Benar, jujur dan lurus dalam timbangan
Senangnya Khadijah untung bertambah
Senangnya Khadijah Muhammad amanah dan bermaruah.
Kebaikan Muhammad menambat hati Khadijah
Sukanya bertukar menjadi cinta
Cintanya berombak dalam lembut bicara
Lamaran cinta menduga hati Muhammad yang lebih muda
Tuhan menyimpul ikatan
Muhammad dan Khadijah diijabkabulkan
Menjalinkan perhubungan dalam aturan Tuhan
Di sisi Khadijah Muhammad rasa dihiburkan
Di sisi Muhammad Khadijah membina keyakinan
Di sisi Tuhan kedua-dua diri tunduk menghambakan.
Muhammad
Di hadapanmu belantara rimba manusia kusut jiwa
Di belakangmu suara serakah jahil bermaharajalela
Di bahumu tergalas amamah dakwah
Membasuh luka iman di setiap jiwa
Terbuka dan tersedia jiwa dan kudratmu
Tanpa cebir kata tanpa sedih rasa
menjujung piala cinta dari syurga.
iv
Dalam hening malam tika sepi menabir mimpi
Gua Hira’ menjadi saksi kebenaran
Pada ambang 40 tahun usia, tiba dan bermula
Sejarah kerasulan pun mengalir
Dalam nadi, darah dan hayat kehidupan
Muhammad yang keseorangan beruzlah
Diwahyukan al-Alaq dari Firman Tuhan;
Bacalah dengan nama Tuhanmu, ajar Jibrail
Yang menciptakan. Menciptakan manusia dari
Segumpal darah.
Bacalh! Dan Tuhanmu Maha Pemurah
Yang mengajarkan dengan pena.
Mengajarkan kepada manusia apa yang belum
Diketahuinya.
Karya
a halim ali
Fakulti Bahasa, UPSI
8 Feb 2010
D'TIRAI ANJUNG
Selamat datang ke blog Anjung Puisi. Blog ini menghimpunkan dan menyiarkan karya-karya puisi Melayu moden dan tradisional, artikel tentang puisi Melayu, peristiwa, aktiviti yang berkait dengan puisi di seluruh tanah air dan lain-lain. Moga para pembaca dan menimba manfaat dan memperolehi ketenangan tatkala melayari blog ini. - a. halim ali
Khamis, 25 Februari 2010
Isnin, 1 Februari 2010
SAJAK: DALAM MANIS BAHASA
Dalam manis bahasa
dalam manis lembut, indah redup rupa raut seri wajah bahasa
diksi meraut seni halus jiwa luka dalam puisi penuh darah penuh rasa
penyair memberi akal, kata jiwa, buah fikir dan pesan seloka
sepatah kata diulit mayang jiwa, dilarit sumur rasa bernyala
cemuh sindir, sindir berkias, kias beralas,
marahpun menjadi manis, manis tumpah ke dalam puisi resah.
penyair menghantar tulus budi, tulus hati dalam rimbun diksi
sebait pusaka dianyam mayang cinta, ditenun benang pekerti.
dalam manis bahasa dalamnya keindahan bangsa
dalam manis bahasa dalamnya kehalusan budaya
dalam manis bahasa jangan ada manusia yang hilang daya hilang kata.
a.halim ali
Tanjung Malim
1 Feb 2010
dalam manis lembut, indah redup rupa raut seri wajah bahasa
diksi meraut seni halus jiwa luka dalam puisi penuh darah penuh rasa
penyair memberi akal, kata jiwa, buah fikir dan pesan seloka
sepatah kata diulit mayang jiwa, dilarit sumur rasa bernyala
cemuh sindir, sindir berkias, kias beralas,
marahpun menjadi manis, manis tumpah ke dalam puisi resah.
penyair menghantar tulus budi, tulus hati dalam rimbun diksi
sebait pusaka dianyam mayang cinta, ditenun benang pekerti.
dalam manis bahasa dalamnya keindahan bangsa
dalam manis bahasa dalamnya kehalusan budaya
dalam manis bahasa jangan ada manusia yang hilang daya hilang kata.
a.halim ali
Tanjung Malim
1 Feb 2010
Langgan:
Catatan (Atom)